Sabtu, 29 Desember 2007

Jejak Bhutto di Tahun 2007

Islamabad (armnews) - Kabar tewasnya Benazir Bhutto sangat mengagetkan dunia. Inilah rentetan peristiwa yang mengiringi langkah perdana menteri perempuan pertama Pakistan itu sebelum akhirnya tewas akibat serangan bom bunuh diri.


- 26 Maret: Protes bersama partai-partai soal pengasingan mantan PM Benazir Bhutto dan Nawaz Sharif

- 3-10 Juli: Militer Pakistan menyerang Masjid Merah yang pro-Taliban di Islamabad yang menewaskan 100 orang

- 20 Juli: Bhutto dan Musharraf mengadakan pertemuan rahasia di Abu Dhabi soal kemungkinan pembagian kekuasaan

- 18 Oktober: Bhutto kembali ke Karachi dari Dubai setelah pengasingannya. 2 serangan bom bunuh diri melanda parade penyambutan Bhutto sejam kemudian, menewaskan 139 orang

- 31 Oktober: Bhutto mengatakan telah mendengar rumor Musharraf akan memberlakukan keadaan darurat dan menunda kunjungan ke Dubai. Bhutto lalu ke Dubai keesokan lainnya.

- 3 November: Musharraf memberlakukan keadaan darurat di Pakistan, membekukan UUD dan menahan tokoh-tokoh oposisi.

- 4 November : Polisi mengacak-acak dan membubarkan kelompok oposisi

- 7 November: Bhutto mengumumkan rencana untuk demonstrasi besar-besaran

- 9 November: Sejam sebelum rencana aksi besar-besaran di Rawalpindi, polisi mengenakan status tahanan rumah pada Bhutto di Islamabad. Belakangan, status tersebut dicabut

- 11 November: Musharraf mengumumkan akan membubarkan parlemen pada 15 November dan akan mengadakan pemilu pada Januari 2008

- 12 November: Bhutto menolak pembagian kekuasaan dengan Musharraf. Dia kembali dikenakan tahanan rumah agar tidak bisa memimpin aksi besar-besaran

- 13 November: Bhutto, untuk pertama kalinya, menyerukan Musharraf untuk mundur dari kursi PM Pakistan dan mengatakan akan tidak akan pernah bersedia bekerja sama dengannya

- 26 November: Bhutto dan Sharif mendaftarkan diri untuk pemilu. Musharraf mengumumkan akan mundur dari militer pada 28 November dan beralih menjadi pemimpin sipil

- 27 Desember: Bhutto tewas dalam serangan bunuh diri dalam sebuah aksi di jalan di Rawalpindi.

[http://www.arrahmah.com/]

Minggu, 23 Desember 2007

Catatan Haji Eramuslim 1428H: Menanti Imam Mahdi di Makkah (Bag.1)

Salah satu misteri dalam pelaksanaan ibadah haji yang tidak banyak disadari oleh umat Islam adalah peristiwa kemunculan Imam Mahdi dan proses pembaiatan terhadapnya di Makkah. Peristiwa akhir zaman ini terjadi selama berlangsungnya bulan haji, saat jutaan orang Islam dari seluruh penjuru dunia berkumpul di Baitullah.

Hal ini pula yang sempat mengusik keingintahuan Kami selama melakukan ibadah haji pada musim haji tahun 1428 Hijriyah ini. Apalagi seorang Ustadz di tanah air yang sangat konsern dengan masalah tersebut mengirim surat elektronik kepada Kami agar selama bulan haji ini Kami juga memperhatikan tanda-tanda di sekitar Kami apakah tanda-tanda kedatangan Imam Mahdi sudah tampak atau belum. Dalam beberapa kali pertemuan dengan Kami di tanah air, beliau telah menyampaikan tanda-tanda akan datangnya Imam Mahdi.

Kami masih ingat tausiyah beliau, “Umur umat Islam tinggal beberapa tahun lagi. Kiamat akan segera tiba. Terlebih syarat-syaratnya sudah bermunculan dihadapan kita semua. ” Dalam Qur’an surat Muhammad ayat 8, Allah SWT berfirman, "Maka tidaklah yang mereka tunggu-tunggu melainkan hari kiamat, (yaitu) kedatangannya kepada mereka dengan tiba-tiba. Karena sesungguhnya telah datang syarat-syaratnya. "

Tanda-tanda yang dimaksud salah satunya tercantum dalam hadits shahih Nabi SAW yang diriwayatkan Muslim dari 'Umar bin Khaththab Radhiallaahu 'anhu, yang diriwayatkan pula oleh Ahmad dari Ibnu 'Abbas, "Apabila budak perempuan melahirkan tuannya, dan ketika penggembala kambing yang telanjang kaki serta kekurangan pakaian tinggal di gedung-gedung tinggi.."

Apa artinya dengan konteks zaman sekarang? "Sekarang ini, sudah banyak terjadi aneka kemaksiatan. Banyak dari hamba sahaya atau yang sekarang disebut sebagai pembantu, melahirkan anak dari hasil hubungan dengan majikannya, ” ujar Ustadz tersebut.

Lantas sudah banyak pula di zaman sekarang, orang-orang yang kekurangan pakaian (berpakaian namun tidak menutupi aurat) yang tinggal di gedung-gedung tinggi (apartemen), dan tingkah laku mereka sangat jahil dan tidak beda dengan penggembala kambing yang tidak terdidik.


Tanda-tanda lainnya adalah imraatus sibyaan (kekuasaan di tangan anak-anak). Itu bisa berarti bahwa penguasa di rumah tangga adalah anak-anak, bukan lagi orang tua. Atau, yang menjadi penguasa di masyarakat adalah para pemimpin yang berkarakter kekanak-kanakan, yakni mau menang sendiri, mengedepankan emosi, sewenang-wenang, dan sebagainya.

“Anak yang kurang ajar dan suka mengatur orangtua tidak cuma ada di Barat. Di negeri kita yang mayoritas Muslim pun terjadi, anak menyuruh ibunya begini-begitu. Seolah-olah anak itulah tuan, dan si ibu menjadi hamba sahaya, ” ujarnya lagi.

Lalu tanda lainnya adalah maraknya pemutusan silaturahim antar sesama Muslim. “Manusia sekarang ini rajin menggunakan telepon untuk bisnis, namun jarang sekali menelepon orangtua atau sanak-saudara. Alasannya sibuk, cari duit. Padahal menurut Rasulullah, barangsiapa yang ingin dilapangkan rezekinya serta diperpanjang umurnya, maka bersilaturahimlah. Ini kan lucu dan terbalik. Kita sibuk cari duit tetapi justeru memutus silaturahim, " tambahnya lagi.

Kami ingat semua segala tausiyah beliau. Dan saat Kami berada di tengah jutaan jamaah haji yang menjadi tamu istimewa di Baitullah ini, tentu menemukan tanda-tanda kedatangan Imam Mahdi bukan merupakan perkara yang mudah.


Allah SWT sejak mengutus Rasulullah SAW telah menyatakan bahwa umat Nabi Muhammad SAW merupakan umat akhir zaman. Jadi, pengertian akhir zaman itu sudah berlaku sejak diutusnya Nabi Muhammad SAW yang membawa Risallah Sempurna dan Terakhir, hingga hari kiamat. Kita ini tengah berada di dalam masa akhir zaman, yang tidak seorang pun tahu persis kapan kiamat itu datang.


Terbagi Lima

Menurut hadits shahih, masa akhir zaman ini terbagi menjadi lima. Pertama, masa kenabian, saat Rasulullah SAW masih hidup. Kedua, masa Khulafaur Rasyidin, mulai Abubakar, Umar, Usman, dan Ali. Ketiga, masa raja-raja menggigit (maalikan 'adhan), yaitu masa setelah wafatnya Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu 'Anhu sampai runtuhnya Daulah Khilafah Utsmaniyah (1924). Keempat, masa maalikan jabariyan (penguasa diktator atau penguasa yang zalim). Dan kelima, masa kembalinya sistem khilafah.

“Kita sekarang, umat Islam saat ini, tengah berada di dalam masa maalikan jabariyan atau penguasa yang zalim atau diktator. Umat Islam walau berjumlah banyak tetapi tidak memiliki kekuatan riil. Banyak tetapi seperti buih di lautan yang bisa dnegan mudah diombang-ambingkan oleh musuh-musuh Allah, ” ujarnya.

Kezaliman ini, sesuai dengan sunatullah, tidak akan berlangsung abadi. Ada sebagian umat Islam yang akan bangkit dan memimpin perlawanan terhadap kediktatoran tersebut. Hingga umat Islam akan berhadap-hadapan dengan musuh agama Allah yang sejati yakni kaum Yahudi. Kita akan berperang habis-habisan melawan Yahudi dan kemenangan akan didapat umat Islam. Yahudi akan hancur, bahkan Yahudi akan terus diburu hingga pohon-pohon dan batu pun berbicara, "Hai kaum Muslimin, di belakangku ada Yahudi yang bersembunyi!"

Seluruh pohon dan tumbuhan akan menunjukkan tempat persembunyian Yahudi kecuali satu pohon, yakni pohon gharqad yang merupakan pohon Yahudi. Jangan heran, sekarang pohon gharqad itu banyak ditanam oleh orang-orang Israel, untuk berlindung dari serangan kaum Muslimin.(m/bersambung)

[http://eramuslim.com/berita/]

TNI Kaji Prajurit Berjilbab

Di masa yang akan datang, tak menutup kemungkinan kita bisa melihat barisan prajurit TNI berjilbab.

Suara-islam.com-Bagi muslimah berjilbab yang ingin menjadi tentara tidak perlu lagi risau cita-citanya tak tercapai. Sebab ada kabar baik datang dari Mabes TNI baru-baru ini. Sebagaimana diberitakan indopos, Markas besar TNI saat ini sedang mengkaji aturan yang memperbolehkan prajurit mengenakan atribut khas tersebut.

Pada prinsipnya, saat ini tidak ada larangan wanita berjilbab jadi tentara. Demikian dikatakan Kepala Dinas Penerangan Umum Markas Besar TNI Kolonel Ahmad Yani Basuki di Jakarta kemarin. Perwira lulusan IAIN Sunan Ampel Surabaya itu mencontohkan prajurit Korps Wanita Angkatan Darat di Nanggroe Aceh Darussalam yang sudah menggunakan kerudung.

Saat uji kelayakan calon panglima TNI, Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Djoko Santoso juga pernah ditanya soal itu. Saat menjawab, Djoko mengaku mengizinkan anak buahnya yang memutuskan mengenakan jilbab saat bertugas di lapangan. "Tentu dengan aturan tertentu," ujar Djoko saat itu.


Menurut Yani, Kowad di Aceh adalah bagian tak terpisahkan dari TNI. "Jadi, bukan berarti karena mereka di Aceh terus diistimewakan sedemikian rupa," kata doktor sosiologi militer Universitas Indonesia tersebut.

Perwira kelahiran Blitar, Jawa Timur, itu mengakui, secara spesifik, belum ada aturan yang mengatur spesifikasi penggunaan jilbab bagi prajurit wanita. "Memang di seragam aslinya tidak berjilbab, tapi bukan berarti terus tidak diperbolehkan," ujarnya.

Anggota Komisi I (bidang Pertahanan) DPR Suryama menilai sikap Mabes TNI itu sebagai langkah maju. "Panglima yang baru harus menyosialisasikan kebijakan itu sampai level komandan satuan," katanya. Sebab, dia masih mendapatkan informasi adanya pelarangan bagi wanita muslimah di TNI yang ingin mengenakan jilbab.

"Mereka harus dihormati karena merupakan bagian dari perintah agama," ujar politisi Partai Keadilan Sejahtera itu. Penggunaan jilbab juga diyakini tidak akan mengganggu profesionalisme TNI saat bertugas.

Suryama menceritakan, dirinya pernah menginap di Markas Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI Angkatan Darat di Cijantung. "Mereka berlatih sejak jam 2 dini hari, tepat saat Subuh mereka berhenti dan salat berjamaah, itu contoh bagus dan bukti bahwa TNI menghormati hak-hak menunaikan ibadah seseorang," katanya.

Anggota komisi I yang lain, Al Muzammil Yusuf, menilai penggunaan jilbab butuh proses yang panjang. "Panglima TNI yang baru harus bisa meyakinkan banyak pihak bahwa jilbab tidak menghambat tugas negara," tegasnya. (rdl/indopos/pd/www.suara-islam.com)

Senin, 17 Desember 2007

Beriman kepada Allah Ta'ala

Abu Bakr Jabir al-Jazairi


Orang Muslim beriman kepada Allah SWT dalam arti membenarkan eksistensi Allah bahwa Allah Pencipta langit dan bumi, bahwa Allah mengetahui alam gaib dan alam nyata, bahwa Allah Tuhan segala sesuatu sekaligus pemiliknya, bahwa Tidak ada Tuhan selain Dia, bahwa Allah Mahaagung dan Mahatinggi yang bersifatkan seluruh kesempurnaan, dan bersih dari semua kekurangan. Iman seperti ini semua adalah petunjuk Allah Ta'ala sebelum segala sesuatu. Karena, Allah Ta'ala berfirman, "Dan kita tidak mendapatkan petunjuk, jika Allah tidak memberi petunjuk kepada kita." Di samping itu, karena dalil-dalil wahyu dan dalil-dalil akal sebagai berikut.
Dalil-Dalil Wahyu

Penjelasan Allah Ta'ala tentang eksistensi diri-Nya, tentang penciptaan-Nya terhadap makhluk, tentang nama-nama-Nya dan sifat-sifat-Nya, itu semua ada di dalam Al-Qur'an, di antaranya adalah sebagai berikut.

Allah SWT berfirman(yang artinya), "Sesungguhnya Tuhan kalian ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas Arasy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah, Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam." (Al-A'raaf: 54). Firman Allah ketika memanggil Nabi Musa a.s. di pinggir Lembah Kanan di lokasi yang diberkahi I sebelah pohon, "Hai Musa, sesungguhnya Aku Allah, Tuhan semesta alam." (Al-Qashash: 30).

"Sesungguhnya Aku ini Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku." (Thaha: 14).

"Dan Dia-lah Allah Yang tidak ada Tuahan (yang berhak disembah) selain Dia, yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dia-lah yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang. Dia-lah Allah Yang tidak ada Tuahan (yang berhak disembah) selain Dia, Raja, Yang Mahasuci, Mahasejahterah, Yang Mengaruniakan keamanan, Yang Mahamemelihara, Yang Mahaperkasa, Yang Mahakuasa, Yang memiliki segala Keagungan, Mahasuci Allah dari apa yang mereka persekutukan, Dia-lah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang mempunyai nama-nama yang paling baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dia-lah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana." (Al-Hasyr: 22-24).

"Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Yang menguasai hari pembalasan." (Al-Fatihah: 2-4).

"Sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama kalian semua agama yang satu dan Aku Tuhan kalian, maka sembahlah Aku." (Al-Anbiya: 92).

"Sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama kalian semua, agama yang satu dan Aku Tuhan kalian, maka bartakwalah kepada-Ku." (Al-Mukminun: 52).

"Sekiranya ada di langit dan di bumi Tuhan-Tuhan selain Allah, tentulah keduanya telah rusak, binasa. Maka Mahasuci Allah yang mempunyai Arasy daripada apa yang mereka sifatkan." (Al-Anbiya': 22).

Dalil-Dalil Akal

Keberadaan berbagai alam dan beragaman makhluk, kesemuanya, bersaksi atas keberadaan Sang Pencipta: Allah Azza wa Jalla. Sebab, di dunia ini tidak ada satu pihak pun yang mengaku menciptakan alam ini selain Allah Ta'ala. Akal memandang mustahil keberadaan sesuatu tanpa pencipta. Bahkan, akal memandang mustahil terjadinya sesuatu yang paling luas tanpa pencipta. Itu sama saja seperti keberadaan makanan tanpa ada pihak yang memasak, atau keberadaan permaidani di atas tanah tanpa ada pihak yang menggelarnya. Kalau begitu, bagaimana dengan alam yang besar ini, langit dengan orbit-orbit di sekitarnya, matahari, bulan, bintang-bintang, semuanya berbeda bentuk, ukuran, dimensi, dan perjalanannya? Bagaimana dengan bumi dan apa saja yang diciptakan di dalamnya tumbuhan, hewan, jin, manusia, di samping berbagai ras manusia, dan idividu-individu yang berbeda warna, berbeda bahasa, berbeda pengetahuan, berbeda pemahaman, berbeda ciri khas, tambang-tambang yang banyak sekali, sungai-sungai yang dialirkan di dalamnya, tanah keringnya di kelilingi laut-laut, dan sebagainya?

Keberadaan fiman Allah yang bisa kita baca, renungkan, dan pahami makna-maknanya, itu semua dalil tentang keberadaan Allah. Karena, mustahil ada firman tanpa ada pihak yang memfirmankannya, dan mustahil ada ucapan tanpa ada pihak lain yang mengucapkannya. Jadi, firman Allah menunjukkan tentang keberadaan-Nya.

Firmannya mengandung perundang-undangan paling kokoh dan sistem yang paling bijak yang pernah dikenal oleh manusia. Firman yang bijak dan benar ini mustahil menutut akal manusia dinisbatkan kepada salah seorang dari mereka, sebab firman seperti itu jauh di atas kemampuan manusia, dan jauh di atas tingkat pengetahuan mereka. Jika firman tersebut bukan ucapan manusia, maka firman tersebut adalah ucapan Pencipta manusia, dan itu bukti tentang keberadaan Allah, ilmu-Nya, kemampuan-Nya, dan kearifan-Nya.

Adanya sistem yang cermat ini, semua makhluk hidup tunduk pada ketentuan-ketentuan tersebut, tidak keluar dari padanya dalam kondisi apa pun. Manusia, misalnya, spermanya menempel pada rahim, kemudian tahapan-tahapan ajaib berlangsung dan tidak ada yang melakukan intervensi di dalamnya kecuali Allah. Tiba-tiba setelah sperma itu kelaur menjadi manusia sempurna. Ini pada pembentukan dan penciptaan manusia. Seperti itu pula pada perkembangan manusia dari bayi dan anak-anak kepada besar dan dewasa, lalu tua.

Berdasarkan dalil-dalil akal dan dalil-dalil wakyu di atas, orang Muslim beriman kepada Allah Ta'ala, beriman kepada rububiyah-Nya terhadap segala sesuatu, dan ketuhanan-Nya bagi manusia generasi pertama hingga generasi terakhir. Karena asas iman dan keyakinan inilah kehidupan seorang Muslim menjadi teratur.

Sumber: Diadaptasi dari Abu Bakr Jabir al-Jazairi, Minhaajul Muslim, atau Ensiklopedi Muslim: Minhajul Muslim, terj. Fadhli Bahri (Darul Falah, 2002), hlm. 1-5

[http://www.alislamu.com/]

Sunnah-sunnah yang Fitrah

Abdul Azhim bin Badawi al-Khalafi


Sebagaimana yang dijelaskan dalam riwayat-riwayat berikut ini. Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Lima hal termasuk fitrah (kesucian): (pertama) (Istihdad ialah mencukur bulu dzakar atau bulu kemaluan wanita, disebut istihdad karena orang mencukurnya dengan memakai alati dari besi, misalnya pisau cukur. Namun boleh juga digundul atau dipendekkan, atau dicabut dan semisalnya. selesai) mencukur bulu dzakar faraj, (kedua) khitan, (ketiga) menipiskan kumis, (keempat) mencabut bulu ketiak, dan (kelima) memotong kuku." (Muttafaqun 'alaih: Fathul Bari X: 334 no: 5889, Muslim I:221 no: 257 'Aunul Ma'bud XI: no:252 no:4180 Tirmidzi IV: 184 no: 2905, Nasa'i I:14 dan Ibnu Majah I:107 no:292).
Dari zakariya bin Abi Za'idah dari Mush'ab bin Syaibah dari Talq bin Habib dari Ibnu Zubair dari Aisyah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sepuluh hal termasuk fitrah: (pertama) mencukur kumis, (kedua) memelihara jenggot, (ketiga bersiwak, (keempat) memasukkan air ke dalam hidung, (kelima) memotong kuku. (keenam) mencuci ruas jari-jari, (ketujuh) mencabut bulu ketiak, (kedelapan) mencukur bulu kemaluan (kesembilan) istinja. "Zakariya berkata, bahwa Mush'ab berkata, "Dan saya lupa yang (kesepuluh), tapi mesti berkumur-kumur." (Hasan: Mukhtasharu Muslim no: 182, Muslim I:223 no:261, 'Aunul Ma'bud I: 79 no : 52, Tirmidzi IV: 184 no: 2906, Nasa'i VIII: 126 dan Ibnu Majah 1: 108 no: 293).

1. Khitan
Khitan hukumnya wajib atas kaum laki-laki dan kaum perempuan karena ia termasuk syi'ar Islam. Nabi SAW bersabda kepada seorang laki-laki yang baru masuk Islam, "Campakkan darimu syi'ar kekufuran dan berkhitanlah!" (Hasan: Shahihul Jami'us Shaghir no:1251, 'Aunul Ma'bud II: 20 no:352 dan al-Baihaqi I: 172).

Khitan berasal dari ajaran Nabi Ibrahim, sebagaimana yang dijelaskan dalam riwayat dari Abu Hurairah r.a. bahwa Nabi SAW bersabda, "(Nabi) Ibrahim Khalilur Rahman berkhitan setelah berusia delapan puluh tahun." (Muttafaqun 'Alaih: Fathul Bari XI: 88 no: 6298 dan Muslim IV: 1839 no: 370).

Allah Ta'ala telah berfirman kepada Nabi-Nya Muhammad SAW., "Kemudian kami, wahyukan kepadamu (Muhammad) Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif." (An-Nahl: 123).

Dianjurkan khitan dilaksanakan pada hari ketujuh dari hari kelahirannya, berdasarkan hadits Jabir yang berbunyi, "Bahwa Rasulullah SAW mengaqiqahi Hasan dan Husain dan mengkhitan keduanya pada hari ketujuh." (Tamamul Minnah no: 68, diriwayatkan oleh Abi Thabrani dalam al-Mu'jam ash-Shagir II: 122 no: 891).

Dari Ibnu Abbas r.a. ia berkata, "Ada tujuh hal yang termasuk sunnah Nabi SAW tentang anak kecil, yaitu (pertama) pada hari ketujuh diberi nama dan dikhitan..." (Tamamul Minnah hal: 68)

Dua hadits di atas, sekalipun pada masing-masing sanadnya terdapat kelemahannya, namun yang satu menguatkan yang lain (sehingga menjadi hasan), karena sumber keduanya beda dan tidak ada rawinya yang tertuduh berdusta (Lihat Tammul Minnah hal. 68).

2. Memelihara Jenggot
Memelihara jenggot adalah wajib dan haram dicukur sampai bersih karena mengubah ciptaan Allah, dan ini termasuk perbuatan syaitan yang mengatakan, "Dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu mereka benar-benar mengubahnya." (An-Nisa'a: 119).

Apabila jenggot dicukur sampai bersih, berarti menyerupai kaum wanita, padahal ada riwayat yang mengatakan, "Rasulullah SAW telah mela'nat kaum lelaki yang berusaha menyerupai kaum wanita." (Shahih: Shahihul Jami'us Shaghir no: 5100, Fathul Bari, X:332 no: 5885 dan Tirmidzi IV: 194 no: 2935).

Nabi SAW menyuruh kita memelihara jenggot sedangkan perintah (pada asalnya) adalah wajib dilaksanakan sebagaimana yang telah kita maklumi.

Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Potonglah kumismu. Peliharalah jenggotmu dan tampillah beda dengan kaum Majusi!" (Shahih: Mukhtashar Muslim no: 181 dan Muslim I: 222 no: 260).

Dari Ibnu Umar r.a. dari Nabi SAW Beliau bersabda, "Tampillah beda dengan kaum musyrikin, suburkanlah (lebatkanlah) jenggotmu, dan pendekkanlah kumismu!" (Muttafaqun 'alaih: Fathul Bari X: 349 no: 5892 dan Muslim I:222 no:54 dan 259).

3. Siwak (Membersihkan Gigi/Mulut)
Siwak dianjurkan dalam setiap keadaan dan lebih ditekankan lagi ketika:


1. Berwudhu'
Sebagaimana yang dijelaskan dalam, riwayat berikut. Dari Abu Huraraih r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Andaikata aku tidak (khawatir) memberatkan kaumku niscaya kuperintahkan mereka bersiwak setiap berwudhu'!" (Shahih: Shahihul Jami'us Shaghir no: 5316 dan al-Fathur Rabbani I:294 no: 171).
2. Akan Shalat
Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi SAW, Beliau bersabda, "Kalaulah sekiranya aku tidak (khawatir) memberatkan umatku niscaya kuperintah mereka bersiwak setiap kali akan shalat." (Muttafaqun 'alaih Muslim 1:220 no:252 Fathul Bari II: 374 no:887, Tirmidzi 1:18 no: 22, Nasa'i I: 12, namun lafadz Imam Bukhari adalah MA'A KULLI SHALAATIN (Pada waktu setiap kali akan shalat!)).
3. Akan Membaca al-Qur'an
Hal ini didasarkan pada riwayat berikut ini. Dari Ali r.a., ia berkata, Nabi SAW telah memerintah kami bersiwak dan (kemudian) Beliau bersabda, "Sesungguhnya seorang hamba bila bangun (malam) lalu shalat maka datanglah kepadanya seorang malaikat, lalu berdiri di belakangnya menyimak (bacaan) al-Qur'an dan mendekat (kepadanya) sampai menempelkan mulutnya pada mulut si hamba, sehingga ia tidak membaca satu ayatpun melainkan masuk ke dalam rongga malaikat itu." (Shahih Lighairih:ash-Hahihah no: 1213 dan al-Baihaqi I: 38).
4. Akan Masuk Ke dalam Rumah.
Dari al-Miqdam bin Syuraih dari, bapaknya, ia berkata, "Aku bertanya, kepada Aisyah ra, "Perbuatan apa yang Nabi SAW mulai apabila hendak masuk rumahnya?" Jawabnya, "Bersiwak" (Shahih: Shahih Ibnu Majah no: 235, Muslim 1:220 no: 253 Aunul Ma'bud 1: 86 no:58, Ibnu Majah I:106 no: 290 dan an-Nasa'i 1:13).
5. Bangun Malam Hendak Shalat Tahajjud.
Dari Hudzaifah ra, katanya "Adalah Rasulullah SAW apabila bangun (malam) hendak shalat tahajjud, beliau membersihkan mulutnya dengan siwak." (Muttafaqun 'alaih: Muslim I: 220 no: 255 dan ini lafadz Muslim, Fathul Bari I: 356 no: 245 Aunul Ma'bud I: 83 no: 54, Nasa'i, dan lafadz bagi imam yang tiga, yaitu 'IDZAA QAAMA MINAL LAIL 'Apabila beliau bangun dari (tidur) di malam hari).

4. Makruh Hukumnya Mencabut Uban
Sebagaimana yang ditegaskan dalam hadits dari Amr bin Syu'aib dari bapaknya dari datuknya, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Janganlah kamu mencabut uban: tidaklah orang muslim yang beruban rambutnya dalam Islam walaupun hanya sehelai, kecuali itu akan menjadi cahaya baginya pada hari kiamat (kelak)." (Shahih: Shahihul Jami'us Shaghir no: 7463., 'Aunul Ma'bud XI: 256 no: 4184 dan Nasa'i VIII: 136).

Haram Mewarnai Uban dengan Warna Hitam dan diganti dengan hinna', katam dan sebagainya. Sebagaimana yang diuraikan dalam beberapa riwayat dari Abu Dzar ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya sebaik-baik pewarna yang digunakan mengubah warna ubanmu ialah pohon pacar (inai) dan katam." (Pohon katam ialah tumbuhan yang biasa hidup di daerah pegunungan di mana kalau daunnya ditumbuk maka akan menghasilkan warna merah. (lihat Ibnu Majah II:1196. Penter)) (Shahih: Shahihul Jami'us Shaghir no:1546, 'Aunul Ma'bud XI:259 no:4187, Tirmidzi III:145 no:1806, Ibnu Majah II:1196 no:3622 dan ini lafadz baginya, dan Nasa'i VIII: 139).

Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Bahwasannya orang-orang Yahudi dan Nashara tidak mengubah warna (jenggotnya), maka selisihilah mereka." (Muttafaqun 'alaih: Fathul Bari X: 354 no: 5899. Muslim III: 1663 no:2103, 'Aunul Ma'bud XI: 257 no: 4185 dan Nasa'i VIII: 137)

Dari Jabir ra ia berkata, "Pada waktu fathu (penaklukan kota) Mekkah Abu Quhafah dengan rambut dan jenggot memutih bagaikan bunga yang berwarna putih dibawa (kepala Nabi SAW) maka Rasulullah SAW bersabda. "Ubahlah warna putih ini dengan warna lain, namun jauhilah warna hitam." (Shahih: Shahihul Jami' us Shaghir no: 4170, Muslim III: 1663 no: 69 dan 2102 'Aunul Ma'bud XI: 258 no:4186, Nasa'I VIII: 1389 dan Ibnu Majah II: 1197 no: 3624 dengan lafadz sedikit berbeda).

Dari Ibnu Abbas ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda. "Pada akhir zaman (kelak) akan ada suatu kamu yang mewarnai (rambutnya) dengan warna hitam seperti dada-dada burung merpati, mereka tidak akan mencium harumnya surga." (Shahih: Shahihul Jami'ush Shaghir no: 8153, 'Aunul Ma'bud XI: 266 no 4194 dan Nasa'i VIII: 138).

Sumber: Diadaptasi dari 'Abdul 'Azhim bin Badawi al-Khalafi, Al-Wajiz Fi Fiqhis Sunnah Wal Kitabil 'Aziz, atau Al-Wajiz Ensiklopedi Fikih Islam dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah Ash-Shahihah, terj. Ma'ruf Abdul Jalil (Pustaka As-Sunnah), hlm. 67 --74.

[http://www.alislamu.com/]

Sabtu, 15 Desember 2007

Patani, Jauh Di Mata, Dekat di Hati

Memasuki Patani, mirip ke Aceh tempo dulu. Meski budaya Muslim Melayu sangat kental. Namun di mana-mana masih "diawasi" tentara



Hidayatullah.com--Alhamdulillah setelah tinggal di Bangkok nyaris dua bulan dan ngimpi ke Patani sejak lama, tiba-tiba saya dikontak National Reconciliation Council of Southern Thailand conflict untuk ikut sharing experiences tentang peacebuilding process pada workshop di Patani 7 – 8 December 2007. Kesampaian juga mimpinya. Allah SWT memang Maha Tahu keinginan hambanya.

Maka, tanggal 7 December 2007 pagi saya terbang ke Hatyai, kota terdekat dengan Patani yang punya bandara (karena di tiga propinsi Thailand, hanya Narathiwat yang punya Bandara, itupun hanya ada satu flight sehari ke Bangkok dengan NokAir, sungguh kayak anak tiri).

Tiba di Hatyai, atmosfir sudah sedikit berbeda. Di mobil jemputan kami ada stiker bertuliskan Allah dan Muhammad serta sang supirnya Muslim. Pemandangan yang sukar ditemui di Bangkok . Kalimat-kalimat Arab juga sudah mulai mudah dijumpai di Hatyai berdampingan dengan kalimat-kalimat Thailand . Tertera pada papan nama instansi pemerintah maupun swasta.

Perjalanan ke Patani memakan waktu satu setengah jam dari Hatyai. Jalanannya luas dan lengang dengan dua jalur terpisah yang mulus dan lebar. Hutan lebat diselingi pertanian rakyat adalah pemandangan utama perjalananan antara Hatyai dan Patani.

Sekedar informasi, Hatyai adalah kota terbesar di Provinsi Songkla yang penduduknya 50 % Muslim. Bersama-sama dengan provinsi Patani, Yala, dan Narathiwat, keempatnya dijuluki sebagai Patani Darussalam. Maka, nama Patani bisa berarti tiga makna : kota Patani, propinsi Patani, atau Patani Darussalam yang berarti gabungan dari empat propinsi mayoritas Muslim di Selatan Thailand .

Memasuki Patani, atmosfir semakin berbeda. Warna budaya Muslim Melayu semakin kental. Para Muslimah berjilbab, tua muda berseliweran dengan jalan kaki, naik motor tanpa helm, ataupun dengan angkutan umum. Para lelaki tak banyak terlihat di jalan. Atmosfir kedua yang terasa berbeda adalah security yang amat ketat. Memasuki Patani berarti memasuki sekian banyak military checkpoint dan police checkpoint. Setiap beberapa kilo ada military checkpoint. Persis Aceh ketika jaman darurat militer sebelum tsunami dan Helsinki agreement.

Bagi mereka yang sering singgah ke Malaysia dan Aceh, sepintas pemandangan di Patani tak jauh berbeda. Yang menandakan bahwa ini wilayah Thailand hanyalah potret Raja Bhumibol yang masih bertebaran disana sini dan bendera Thai serta bendera kuning kerajaan yang bertengger di sekolah, hotel, maupun instansi pemerintah.

Penduduknya sendiri lebih banyak yang bercakap-cakap dalam bahasa Melayu Patani ketimbang bahasa Thai. Utamanya kaum dewasa dan tua. Bahasa Melayu mereka unik. Bahasa “percakapan kampong”-nya sulit ditangkap karena lidah seperti ditekuk, persis Melayu Kelantan Malaysia . Namun bahasa formalnya amat mirip dengan Melayu Malaysia , mudah dipahami oleh telinga Indonesia . Saya ikut shalat Jum’at di Masjid desa Tiraya dan bahasa khotbah Jum’at –nya amat mudah dicerna. Juga bahasa penyiar radio-nya. Cukup understandable.

Konflik di Patani, Yala, dan Narathiwat sebenarnya sudah berlangsung puluhan tahun. Sama tuanya dengan ketika ketiga propinsi tersebut dilebur ke dalam kerajaan Siam melalui perjanjian sepihak oleh pemerintah kolonial Inggris pada awal abad 20.

Sebelum dipaksa bergabung dengan Siam, Patani adalah kesultanan Mandiri yang tersohor sebagai salah satu pusat studi Islam di Asia Tenggara. Konflik yang berskala meluas dan massif berlangsung mulai awal 2004. Ketika terjadi penyerbuan Masjid Krue Se di Patani pada April 2004 lalu pembantaian Tak Bai di Narathiwat pada Oktober 2004.

Kedua peristiwa tersebut menambah eskalasi konflik Thailand Selatan dan memaksa pemerintah Thai era Thaksin berpikir keras cara mengintegrasikan warga Thai beretnis Melayu (yang tak pernah merasa sebagai orang Thai ini) ke dalam Negara Thailand yang mayoritas Buddhist.

Sampai kini konflik masih berlangsung. Pekan lalu sebuah karaoke dibom oleh orang tak dikenal di luar kota Patani hingga tujuh orang tewas. Bulan Agustus silam dua rumah dibakar di desa Tiraya, tak jauh dari kota Patani.

Penduduk hidup dalam cengkeraman ketakutan. Kendati kehidupan sepintas lalu berjalan normal. Mahasiswa tetap pergi kuliah ke kampus, pedagang berjualan ke pasar, pegawai bekerja di kantor, jama’ah shalat tetap pergi ke masjid. Namun setelah maghrib kondisi berubah, jalanan menjadi makin lengang, kedai menjadi semakin sepi. Minoritas China dan Buddhist tak tampak di jalan-jalan umum. Sekali lagi, mirip Aceh di era sebelum Perjanjian Helsinki.

Konflik Patani secara tak langsung mengusir warga Thai non Muslim keluar dari ketiga provinsi tersebut. Juga mengusir warga Muslim Patani sendiri yang bingung mengungsi kemana. Mengungsi ke Bangkok tak lebih baik karena juga tak merasa sebagai negeri sendiri. Ke Malaysia kendati secara kultural sama, namun juga mengundang masalah karena negaranya berbeda dan tak cukup ramah menampung ‘pendatang haram.’ Kampus Prince of Songkla University (PSU), Patani Campus, kini 90% mahasiswanya Muslim dari ketiga provinsi sekitar. Padahal dahulu sebelum konflik, mahasiswa dari seantero Thai yang berbeda agama datang studi kesana. Tak heran, pemandangan di PSU Patani Campus mirip dengan kampus Indonesia . Banyak mahasiswi berjilbab, ada masjid, ada banyak tempat shalat, makanan semua halal. Sangat berbeda dengan wajah kampus-kampus di Bangkok .

Jangan ditanya tentang bisnis, kendati ada Big C Superstore dan sekian banyak dealer mobil serta cellular company, namun bisnis mereka tak lebih hidup dari bagian Thai yang lain. Walau demikian, mesti diakui bahwa infrastruktur Patani amatlah baik, jalan luas dan mulus, listrik dan lifelines tersedia. Jauh lebih baik dari Aceh. Tapi tidak lebih baik dari propinsi Thai yang lain. Sedikit lebih baik-lah dari Narathiwat yang terkategori termiskin.

Satu hal yang menarik, di pasar tradisonal Patani, kedai DVD nya banyak menjual lagu-lagu dari artis Indonesia . Ada Laudya Cinthya Bella, Krisdayanti, dll. Tapi kebanyakan yang amat laris manis adalah Dangdut. Mereka bilang, kami suka dangdut Indonesia . Juga jangan tanya tentang sinetron Indonesia (yang juga mudah ditangkap dengan parabola), banyak yang hobi juga menonton sinetron dan film Indonesia .

Ada banyak cerita tentang Patani, kisah tentang semangat kaum minoritas bertahan di tengah mayoritas. Perjalanan kebingungan menentukan jati diri. Wajah kekerasan yang menahun dan melegenda. Ketidakpastian dan kecemasan yang selalu mendominasi hari-hari. Hidup terasing di negerinya sendiri…

Patani memang terbilang dekat dari Bangkok, tapi bagi sebagian besar warga Thai terasa begitu jauh (di hati). [Heru Susetyo, sedang melanjutkan di Mahidol University/www.hidayatullah.com]