Kamis, 22 Mei 2008

Hakikat Dienul Islam

Dalam banyak ayat Al Qur’an, juga dalam hadist-hadist Nabi Muhammad SAW juga dalam ijma-ijma para ulama juga perkataan individu masing-masing dari mereka kita bisa mendapatkan definisi dari Al Islam atau Hakikat Dien Al Islam


dari uraian di atas terdapat dua bahasan pokok yaitu arti dari definisi Ad Dien dan arti dari definisi Al Islam


Definisi Ad Dien

Dalam Al Qur’an kata Ad-Din diulang sebanyak 92 kali. Pada surat-surat Makiyah 47 kali dan pada surat-surat Madaniyah 45 kali, melihat pengungkapan kata Ad-Din pada surat Makiyah dan Madaniyah, maka dapat dikatakan bahwa porsi kata Ad-Din pada keduanya berimbang. Kondisi ini mengindisikasikan bahwa di Makkah dakwah Islam untuk memperkenalkan ajaran yang dibawa Nabi Muhammad, sedangkan pada zaman Madaniyah lebih pada penataan atau pendalaman dari Ad-Din.

Apa itu Ad-Dien ?

Dien berasal dari kata dana yadinu dinan yang artinya tatanan, tatacara hidup atau system hidup (ideologi). Di dunia ini banyak sekali terdapat tatanan hidup atau ideologi, ada ideologi kapitalis, ideologi sosialis, ideology komunis, ideologi demokrasi, ideologi Islam dan ideologi lainnya.

Semua ideologi bertujuan baik yaitu dalam rangka menata kehidupan masyarakat yang berkeadilan dan berkemakmuran, suatu ideologi akan terasa manfaatnya apabila dilaksanakan secara syumul (menyeluruh), dalam ideology demokrasi kita mengenal kata murni dan konsekuen sedang dalam ideology islam kita mengenal kata kaffah sebagaimana firman Alloh dalam Qs Al Baqoroh : 208 :


“ Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.”

Masing-masing ideology mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, dalam syair lagu padamu negeri kita melihat salah satu prinsip dari ideologi demokrasi : “Padamu negeri kami berbakti Padamu negeri kami mengabdi… Bagimu negeri jiwa raga kami”, sedangkan dalam Islam kita mengenal “Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Alloh, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Alloh)". (Qs Al An’am 162-163)

Dalam dienul Islam hak membuat hukum hanyalah milik Alloh (innil hukmu illa lillah Qs Yusuf : 40), sedangkan dalam dien yang lain hak membuat hukum ada di tangan masyarakat atau lembaga yang dipilihnya (innil hukmu illa lisya’bi awil aglawiyah) dan ada pula ditangan penguasa.

QS Yusuf : 40
“Kamu tidak menyembah yang selain Alloh kecuali hanya (menyembah) Nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Alloh tidak menurunkan suatu keteranganpun tentang Nama-nama itu. Hak membuat hukum hanyalah milik Alloh. Dia memerintahkan agar kamu tidak beribadah kpd selain Dia (Alloh memerintahkan supaya tidak menyandarkan hukum kepada selain Alloh). Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui."

Jadi Dien al-Islám berarti tatacara hidup (ideologi) Islam. Tidak tepat apabila dien diterjemahkan sebagai agama, sebab istilah agama mengalami penyempitan makna kesan yang ada agama hanyalah sekedar penyembahan ritualitas seperti yang dihembuskan oleh kalangan pluralis dan sekularis. Dari sekian banyak tatanan/ideology yang ada, yang diterima dan dianggap benar oleh Alloh (bukan oleh manusia) hanyalah ideology Islam bukan ideology lain walaupun tujuannya baik

Qs Ali Imran : 19
“ Sesungguhnya Dien (yang diridhai) disisi Alloh hanyalah Islam. tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Alloh Maka Sesungguhnya Alloh sangat cepat hisab-Nya”. “Maka apakah mereka mencari dien yang lain selain Dienulloh, Padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allohlah mereka dikembalikan.”

Qs Ali Imran : 85
“Barangsiapa mencari dien lain selain Islam, Maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan Dia di akhirat Termasuk orang-orang yang rugi.


Definisi Al Islam

Imam ibnul qoyim al jauziyah dalam kitab Thariqul Hijratain Wa Babus Sa’adatain: 452 mengatakan :
“ Al Islamu hua tauhidulloh (Islam adalah mentauhidkan Alloh), wa ibadatuhu wahdahu laa syarikalah (beribadah kepada Alloh dengan mentauhidkannya dan tidak berbuat syirik), wal imanu billah wabirosulihi (dan beriman kepada Alloh dan rosulNya), wattibauhu fimajaa bihi (dan mengikuti beliau dalam apa yang dibawanya) famallam ya’tibihil abdu falaisa bimuslim (jika seorang hamba tidak mendatangkan hal ini maka dia bukan muslim) “

Tauhid adalah mengiklaskan seluruh ibadah hanya kepada Alloh, karena yang namanya ibadah merupakan hak khusus Alloh dan hanya boleh dipersembahkan kepada Alloh, jika ibadah dipalingan kepada selain Alloh maka jatuh kedalah kemusrikan, jika jatuh kedalam kemusyrikan maka hilanglah tauhidulloh dari diri orang tersebut, dan tidak adanya tauhidulloh menyebabkan seseorang keluar dari Islam.

Ketika dikatakan ibadah kita ingat sholat, zakat, sembelihan, haji, doa, istighosah dan ibadah ritual lainnya, tapi ketahuilan ibadah bukan hanya itu saja, tetapi taat dalam Tasyri (hukum/syariat/aturan hidup) itu merupakan ibadah, sehingga sandaran hukum bagi seorang muslim haruslah dari Alloh (hukum Islam) dan apabila menyandarkan hukum kepada selain hukum Alloh maka jatuh kedalam perbuatan syirik.

Qs Yusuf : 40
“Kamu tidak menyembah yang selain Alloh kecuali hanya (menyembah) Nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Alloh tidak menurunkan suatu keteranganpun tentang Nama-nama itu. Hak membuat hukum hanyalah milik Alloh. Dia memerintahkan agar kamu tidak beribadah kpd selain Dia (Alloh memerintahkan supaya tidak menyandarkan hukum kepada selain Alloh). Itulah Dien yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui."

Alloh Subhanahu Wa Ta’ala dalam ayat ini menjelaskan bahwa hukum itu termasuk hak khusus Alloh (tauhid uluhiyyah) dan bahwa hukum itu adalah dien. Maka siapa yang mengikuti hukum selain Alloh maka dia itu telah mengikuti dien selain Islam, sedangkan siapa yang mencari selain Islam sebagai dien, maka tidak akan diterima hal itu darinya dan di akhirat kelak dia termasuk orang-orang yang rugi. Dan siapa yang ridha dengan selain hukum Alloh berarti dia telah rela kekafiran sebagai diennya. Siapa yang memalingkan hukum (hak membuat hukum) kepada selain Alloh maka dia musyrik.


At Taubah: 31
“Mereka (orang-orang Nashrani) telah menjadikan para Harb (ahli ilmu/ulama) dan para Rahib (ahli ibadah) sebagai Arbaab (tuhan-tuhan) selain Alloh. Juga Al Masih putera Maryam, padahal mereka tidak diperintahkan kecuali untuk beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tidak ada Tuhan Yang Haq kecuali Dia. Maha Suci Alloh dari apa yang mereka persekutukan”

Didalam atsar yang hasan dari Ady Ibnu Hatim (dia asalnya Nashrani kemudian masuk Islam) Rasulullah Shalallohu 'alaihi wassalam membacakan ayat itu dihadapan Ady Ibnu Hatim, maka dia berkata: “Wahai Rasulullah, kami dahulu tidak pernah ibadah dan sujud kepada mereka (ahli ilmu dan para rahib)” maka Rasulullah berkata, “Bukankah mereka itu menghalalkan apa yang telah Alloh haramkan dan kalian ikut-ikutan menghalalkannya? Bukankah mereka mengharamkan apa yang telah Alloh halalkan lalu kalian ikut-ikutan mengharamkannya?” lalu Addiy Ibnu Hatim berkata, “Ya, betul” lalu Rasulullah berkata : “fatilka ibadatuhum (Itulah bentuk ibadah orang-orang Nashrani kepada mereka) ” (HR. At Tirmidzi)


Syekh Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullah dalam kitab Ad Durar As Saniyyah: 1/160] berkata : “Ingkanat a’maluka kulluha lillah faanta muwahid, waingkana fiiha syirkun lil mahluk faanta musyrik “ (Jika amalan seluruhnya lillah maka engka muwahid, jika salah satu ibadah dipalingkan kepada selain Alloh maka engkau seorang musyrik)

Syaikh Hamd Ibnu ‘Atiq rahimahullah dalam kitab Ibthal At Tandid: 76 berkata :
“ Para ulama telah ijma bahwa orang yang memalingkan satu macam dari dua macam doa kepada selain Alloh, Faqod asyroka (maka dia itu musyrik) walao qola Laailahaillalloh, wa sholla, wa shauma, wa ja’ama annahu muslim (walaupun dia mengaku islam) “Dua macam doa : 1. Doaul ibadah seperti sholat, zakat, shoum, haji. 2. Doaul masalah seperti permintaan, istigosah, istianah

Syaikh Abdullathif Ibnu Abdirrahman rahimahullah dalam kitab Minhaj At Ta’sis: 12 berkata : “Al Islam wa syirk nakidon (Islam dan Syirik merupakan 2 hal yang kontradiktif/berbeda ibarat lelaki dan perempuan), laayajtamian wala yartafian (tidakmungkin kumpul pada diri seseorang dalam satu waktu dan tidak mungkin dua2xnya diangkat) “ Karena syirik akbar dan tauhid tidak mungkin kumpul pada diri seseorang secara bersamaan, kalau dia melakukan syirik akbar berarti dia musyrik (bukan muslim fihi syirik) dan jika bertauhid ada berarti dia muwahid Kemusyrikan umumnya niatnya baik, dalam syirik tidak ada alasan apapun, mau niatnya baik atau buruk, preman atau alim

Qs Azzumar :3
“ Ingatlah, hanya kepunyaan Alloh-lah agama yang bersih (dari syirik). dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Alloh (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan Kami kepada Alloh dengan sedekat- dekatnya". Sesungguhnya Alloh akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Alloh tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar. “ Orang2x yang menjadikan aulia selain Alloh mengatakan kami tidak menyembah mereka kecuali supaya mereka mendekatkan kepada Alloh. Tujuan mereka menyembah latta uzza dan lain-lain dalam rangka taqorrub kepada Alloh, kami orang kotor, para aulia ini orang suci, dan Alloh maha suci maka orang kotor tdak layak memohon langsung kepada yang maha suci makanya kami minta kepada perantaraan mereka, apakah niat baik dapat menyelamatkan diri dari syirik ?
Kata Alloh : Innalloha laayahdi man hua kaadzibun kaffar (Sesungguhnya Alloh tidak memberi petunjuk kepada orang kadzib dusta lagi sangat kafir)

Imam Ibnu Suud dalam rahimahullah dalam kitab Ad Durar As Saniyyah berkata :“Faman sorrofa mindzalika syaian (barangsiapa memalingkan suatu ibadah) lighoirillah (kepada selain Alloh) fahua musyrikin (dia itu orang musyrik) syawaun kana ‘abidan au fasikon (pelakunya itu mau ahli ibadah atau orang fasik) wasawaun kaana maksuduhu solihan au fasidan (tujuannya itu baik atau tujuannya itu buruk “

Syaikh Abdurrahman Ibnu Hasan Ibnu Muhammad rahimahullah pengarang kitab Fathul Majid berkata : “Ajmaal ulama salafan wa kholafan minassohabati wattabiin wal aimmah wa jami (ahlu sunnah), seluruh ahlu sunnah ijma : “Annal mar’a laa yakunu musliman illa bitajarrudi bi syirki (orang tidak dikatakan muslim kecuali mengosongkan diri dari syirik) wal baroati minhu (dan berlepas diri dari mereka) membencinya, memusuhinya sesuai kemampuan dan kekuatan, serta memurnikan amalan-amalan seluruhnya kepada Alloh.” [Ad Durar As Saniyyah 11/545]

Syaikh Abdullathif Ibnu Abdirrahman Ibnu Hasan rahimahullah berkata: “Siapa yang beribadah kepada selain Alloh, menjadikan tandingan bagi Rabbnya dan dia menyamakan antara-Nya dan yang lainnya dalam hak khusus-Nya, maka pantas dikatakan atasnya bahwa dia itu musyrik yang sesat bukan muslim, meskipun dia itu memakmurkan masjid dan mengumandangkan seruan adzan, karena dia itu tidak komitmen dengannya. Sedangkan sumbangan harta dan berlomba-lomba atas amalan yang nampak bila disertai dengan meninggalkan hakikatnya (yaitu tauhid, pent) tidaklah menunjukan akan Islam.” [Mishbah Adh Dhalam: 17]

Al Imam Abu Muhammad Ibnu Hazm rahimahullah berkata: “Dan seluruh tokoh-tokoh Islam menggatakan: “Setiap orang yang menyakini dengan hatinya dengan keyakinan yang tidak mengandung keraguan di dalamnya dan dia menyatakan dengan lisannya Laa ilaaha illalloh wa anna Muhammadan Rasulullah dan bahwa semua yang beliau bawa itu benar serta dia berlepas diri dari setiap dien selain dien Muhammad shalallohu 'alaihi wasallam maka sesungguhnya dia itu muslim mukmin, tidak ada atas dia selain hal itu.” [Al Fashl 4/35]

Ikhwab Fiddien, Fillah, Fisabilillah oleh karena itu berhati-hatilah dalam hal ibadah jangan sampai jatuh kedalam syirik karena syirik merupakan kedholiman yang sangat besar.

Beberapa kerugian yang sangat besar bagi pelaku Syirik :

1 Menghancurkan seluruh amal, Sekhusuk apapun sholat kita, sesering apapun haji kita, sebanyak apapun infaq kita apabila berbuat syirik maka sia-sialah amal tersebut.
"Sesungguhnya jika engkau berbuat syirik, niscaya hapuslah seluruh amalmu, dan benar-benar engkau termasuk orang-orang yang rugi. " (az-zumar: 65).

2 Pelakunya diharamkan masuk Surga, "Sesungguhnya barangsiapa menyekutukan Alloh, maka pasti Alloh mengharamkan surga baginya dan tempatnya adalah Neraka, dan tidak ada bagi orang-orang dhalim itu seorang penolongpun." (Al-Maidah:72)

3 Kekal di dalam neraka. “ Sesungguhnya orang-orang yang kafir Yakni ahli kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk “.



Syaikh Muhammad Ibnu Abdil Wahhab rahimahullah berkata:
“Takutlah kepada Alloh, takutlah kepada Alloh, wahai saudara-saudaraku pegang teguhlah pokok dien kalian, yang pertama dan paling akhir, pangkalnya dan kepalanya, yaitu kesaksian atas Laa ilaaha illalloh, kenalilah maknanya, cintailah orang-orang yang merealisasikannya dan jadikanlah mereka itu sebagai saudara-saudara kalian meskipun mereka itu jauh. Kafirlah kalian kepada para Thaghut, musuhilah mereka, bencilah orang yang mencintai mereka atau yang membela-bela mereka atau tidak mau mengkafirkan mereka atau orang yang berkata: “Tak ada urusan saya dengan mereka.” Sungguh telah dusta orang ini atas nama Alloh dan mengada-adakan, justeru Alloh telah membebani dia untuk (mengomentari) mereka dan memfardhukan atasnya untuk kufur terhadap mereka dan berlepas diri dari mereka meskipun mereka itu saudara-saudaranya atau anak-anaknya.” [Hadiyyah Thayyibah dalam Majmu’ah At Tauhid](Abu alam/Shufful-islam)