Minggu, 23 Desember 2007

TNI Kaji Prajurit Berjilbab

Di masa yang akan datang, tak menutup kemungkinan kita bisa melihat barisan prajurit TNI berjilbab.

Suara-islam.com-Bagi muslimah berjilbab yang ingin menjadi tentara tidak perlu lagi risau cita-citanya tak tercapai. Sebab ada kabar baik datang dari Mabes TNI baru-baru ini. Sebagaimana diberitakan indopos, Markas besar TNI saat ini sedang mengkaji aturan yang memperbolehkan prajurit mengenakan atribut khas tersebut.

Pada prinsipnya, saat ini tidak ada larangan wanita berjilbab jadi tentara. Demikian dikatakan Kepala Dinas Penerangan Umum Markas Besar TNI Kolonel Ahmad Yani Basuki di Jakarta kemarin. Perwira lulusan IAIN Sunan Ampel Surabaya itu mencontohkan prajurit Korps Wanita Angkatan Darat di Nanggroe Aceh Darussalam yang sudah menggunakan kerudung.

Saat uji kelayakan calon panglima TNI, Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Djoko Santoso juga pernah ditanya soal itu. Saat menjawab, Djoko mengaku mengizinkan anak buahnya yang memutuskan mengenakan jilbab saat bertugas di lapangan. "Tentu dengan aturan tertentu," ujar Djoko saat itu.


Menurut Yani, Kowad di Aceh adalah bagian tak terpisahkan dari TNI. "Jadi, bukan berarti karena mereka di Aceh terus diistimewakan sedemikian rupa," kata doktor sosiologi militer Universitas Indonesia tersebut.

Perwira kelahiran Blitar, Jawa Timur, itu mengakui, secara spesifik, belum ada aturan yang mengatur spesifikasi penggunaan jilbab bagi prajurit wanita. "Memang di seragam aslinya tidak berjilbab, tapi bukan berarti terus tidak diperbolehkan," ujarnya.

Anggota Komisi I (bidang Pertahanan) DPR Suryama menilai sikap Mabes TNI itu sebagai langkah maju. "Panglima yang baru harus menyosialisasikan kebijakan itu sampai level komandan satuan," katanya. Sebab, dia masih mendapatkan informasi adanya pelarangan bagi wanita muslimah di TNI yang ingin mengenakan jilbab.

"Mereka harus dihormati karena merupakan bagian dari perintah agama," ujar politisi Partai Keadilan Sejahtera itu. Penggunaan jilbab juga diyakini tidak akan mengganggu profesionalisme TNI saat bertugas.

Suryama menceritakan, dirinya pernah menginap di Markas Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI Angkatan Darat di Cijantung. "Mereka berlatih sejak jam 2 dini hari, tepat saat Subuh mereka berhenti dan salat berjamaah, itu contoh bagus dan bukti bahwa TNI menghormati hak-hak menunaikan ibadah seseorang," katanya.

Anggota komisi I yang lain, Al Muzammil Yusuf, menilai penggunaan jilbab butuh proses yang panjang. "Panglima TNI yang baru harus bisa meyakinkan banyak pihak bahwa jilbab tidak menghambat tugas negara," tegasnya. (rdl/indopos/pd/www.suara-islam.com)

Tidak ada komentar: